FKWB – Indonesia memiliki beragam budaya dan tradisi, termasuk permainan tradisional yang kaya akan nilai-nilai sosial dan budaya. Salah satu permainan tradisional yang unik dari Bangka Belitung adalah Bebinti. Artikel ini akan mengupas tuntas tentang sejarah, cara bermain, dan nilai budaya yang terkandung dalam permainan Bebinti.
Bebinti merupakan permainan tradisional yang telah ada sejak zaman nenek moyang masyarakat Bangka Belitung. Pada awalnya, permainan ini dimainkan saat musim panen padi sebagai bentuk perayaan dan hiburan. Hingga kini, permainan Bebinti masih dimainkan, khususnya di kota Sungailiat. Permainan ini diwariskan dan dilestarikan oleh masyarakat Desa Kacung yang tinggal di Sungailiat.
Permainan Bebinti menggunakan bahan-bahan dari alam yang mudah dan murah didapatkan, seperti batu kecil atau kerikil yang disebut binti. Biasanya, binti yang digunakan berjumlah lima hingga sepuluh buah.
Langkah-langkah Permainan
Persiapan: Pemain duduk melingkar di tanah atau lantai. Binti diletakkan di tengah lingkaran.
Giliran Pemain: Permainan ini biasanya dimainkan oleh empat orang laki-laki. Seorang gadis, yang disebut miak, bertindak sebagai “tukang ulon”, yaitu pengajak dan penyemangat.
Permainan Dimulai: Pemain pertama mengambil satu binti dan melemparkannya ke udara, lalu berusaha menangkapnya dengan satu tangan sambil mengambil binti lainnya dari tanah dengan tangan yang sama.
Tingkat Kesulitan: Permainan dilanjutkan dengan tingkat kesulitan yang meningkat. Pemain harus menangkap binti dengan tangan yang sama dan tidak boleh ada yang terjatuh.
Pergantian Giliran: Jika pemain gagal menangkap binti atau ada binti yang jatuh, giliran berpindah ke pemain berikutnya.
Dalam permainan Bebinti, wasit memiliki peran penting untuk menjaga keadilan dan ketertiban permainan. Pada zaman dahulu, wasit biasanya adalah Kepala Kampung atau Kepala Adat.
Nilai-nilai Budaya dalam Permainan Bebinti
Meskipun Bebinti dimainkan secara individu, permainan ini mengajarkan anak-anak pentingnya kebersamaan dan kerjasama. Pemain harus saling mendukung dan menyemangati satu sama lain.
Bebinti melatih ketangkasan dan kecerdasan anak-anak. Mereka harus berpikir cepat dan bergerak tangkas untuk menangkap binti tanpa terjatuh.
Dengan terus memainkan Bebinti, generasi muda ikut serta dalam melestarikan budaya dan tradisi nenek moyang mereka. Ini adalah salah satu cara untuk menjaga warisan budaya agar tidak punah di tengah perkembangan zaman.
Bebinti bukan hanya permainan tradisional, tetapi juga cerminan budaya dan nilai-nilai masyarakat Bangka Belitung. Melalui Bebinti, anak-anak belajar tentang kebersamaan, ketangkasan, dan pentingnya melestarikan warisan budaya. Mari kita terus mendukung dan memperkenalkan permainan tradisional seperti Bebinti kepada generasi muda, agar warisan budaya kita tetap terjaga dan lestari.(*)