Balai Wilayah Sungai (BWS) Bangka Belitung
Pangkalpinang, FKWB – Balai Wilayah Sungai (BWS) Bangka Belitung secara aktif melakukan sosialisasi pemasangan biopori di Kota Pangkalpinang untuk mengatasi masalah genangan air yang sering terjadi di wilayah tersebut.
Kepala Satuan Kerja OP BWS Bangka Belitung, Rudy Susilo, ST, MSi, IPM, ASEAN Eng, menjelaskan bahwa pemasangan biopori merupakan bagian dari program nasional. Menurut Rudy, Tujuan utama dari pemasangan biopori ini adalah untuk mengatasi genangan air, terutama di wilayah yang memiliki kontur tanah cekung dan datar.
“Biopori merupakan program nasional, ada 1.000 unit untuk di Kota Pangkalpinang,” jelas Rudy Susilo ST MSi IPM ASEAN Eng,
Pemasangan biopori di Pangkalpinang difokuskan pada area yang rawan genangan air. Sekolah-sekolah, fasilitas umum, halaman rumah, ruang terbuka, taman kota, lahan pertanian, dan kebun menjadi lokasi utama pemasangan biopori. Dengan adanya biopori, genangan air dapat lebih cepat terserap ke dalam tanah, sehingga masalah banjir kecil atau genangan yang bertahan lama dapat teratasi.
“Untuk di wilayah Pangkalpinang lebih dominan pemasangan (penanaman) biopori yang terdapat genangan air,” ungkap Rudy.
Rudy juga menekankan pentingnya pemasangan biopori di halaman rumah, terutama pada area yang sering terjadi genangan air. Ia mengingatkan agar sumur-sumur yang ada di rumah tidak ditutup. Menurutnya, jika sumur tertutup, air akan tertahan di permukaan dan tidak dapat meresap dengan baik ke dalam tanah, sehingga memperparah masalah genangan.
Menghadapi musim hujan, khususnya di bulan Desember yang dikenal sebagai puncak perubahan cuaca, Rudy menjelaskan bahwa biopori sangat penting untuk mencegah genangan air di Pangkalpinang. Kota ini memiliki karakteristik tanah yang datar dan banyak cekungan, sehingga air cenderung tidak mengalir dengan lancar. Dengan keterbatasan sistem drainase yang ada, pemasangan biopori menjadi solusi yang efektif untuk mengurangi genangan.
“Yang paling difikirkan pada saat masa puncak (bulan Desember). Apalagi di Pangkalpinang ini landai dan berupa cekungan karena airnya tidak bergerak, Sedangkan saluran air terbatas,” ujarnya.
Selain sebagai solusi untuk mengatasi genangan air, biopori juga berfungsi sebagai sarana untuk menyimpan air ke dalam tanah. Rudy menambahkan bahwa biopori membantu air untuk terserap lebih cepat, sehingga mengurangi risiko banjir lokal.
Pemasangan biopori tidak hanya bermanfaat untuk mengatasi genangan air, tetapi juga dapat dimanfaatkan untuk keperluan pemupukan organik. Rudy menjelaskan bahwa lubang biopori dapat digunakan untuk menampung daun-daun kering atau sisa-sisa tanaman. Setelah daun-daun ini membusuk dan berubah menjadi humus, hasilnya dapat digunakan sebagai pupuk alami yang baik untuk tanaman.
Untuk ukuran lubang biopori yang ideal, Rudy menyebutkan bahwa kedalaman lubang berkisar antara 80 hingga 100 cm. Kedalaman ini cukup untuk memastikan air dapat terserap dengan baik ke dalam tanah dan daun-daun yang dimasukkan ke dalam lubang dapat terurai secara alami.
“Sejauh ini, pemasangan biopori di Pangkalpinang sudah dilakukan di beberapa sekolah, antara lain SMAN 3 Pangkalpinang, SMKN 4 Pangkalpinang, dan SDN 36 Pangkalpinang,” Imbuh Rudy
Pemasangan di sekolah-sekolah ini diharapkan dapat menjadi contoh bagi masyarakat umum untuk ikut berpartisipasi dalam program pemasangan biopori, terutama di lingkungan rumah masing-masing.
Tidak hanya di Kota Pangkalpinang, program pemasangan biopori juga telah diperluas ke daerah lain di Bangka Belitung, seperti di Kabupaten Bangka dan Bangka Barat. Dengan semakin banyaknya lubang biopori yang dipasang, diharapkan masalah genangan air yang sering terjadi selama musim hujan dapat diminimalisir.
Secara keseluruhan, sosialisasi dan pemasangan biopori yang dilakukan oleh Balai Wilayah Sungai Bangka Belitung merupakan langkah konkret untuk mengatasi masalah genangan air di wilayah Pangkalpinang dan sekitarnya. Selain berfungsi untuk menyerap air ke dalam tanah, biopori juga memberikan manfaat tambahan berupa pengelolaan limbah organik yang dapat diubah menjadi pupuk.
Dengan memasang biopori di lokasi-lokasi yang strategis, baik di fasilitas umum, sekolah, maupun halaman rumah, masyarakat diharapkan dapat berkontribusi dalam menjaga lingkungan dan mengurangi dampak buruk dari genangan air.(*)