FKWB – Pantun adalah bagian tak terpisahkan dari budaya Indonesia, terutama di Pulau Belitung. Di sana, seni bertutur kata ini menjadi lebih dari sekadar tradisi, melainkan sebuah bentuk kesenian yang disebut Betiong. Betiong tidak hanya dikenal dengan adu pantun, tetapi juga mencakup tarian, musik, dan nyanyian yang saling berpadu menjadi satu pertunjukan yang khas dan memukau.
Nama Betiong sendiri memiliki akar yang cukup unik. Istilah ini berasal dari kata ketiong, yang mengacu pada suara burung beo ketika gendang dimainkan. Burung beo ini akan mengeluarkan suara “tiong-tiong”, yang kemudian menjadi inspirasi untuk penamaan kesenian ini. Betiong menggunakan bahasa Belantu, bahasa tertua di Belitung, dengan pengaruh dialek Melayu yang kuat.
Pada masa lalu, Betiong merupakan salah satu pertunjukan paling populer di tanah Belitung. Kesenian ini sering ditampilkan dalam berbagai upacara adat, terutama dalam tradisi Maras Taun. Maras Taun adalah upacara selamatan kampung yang dilaksanakan sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas panen padi yang melimpah. Betiong menambah semarak upacara tahunan ini, membuatnya semakin meriah.
Namun, dalam perkembangan terkini, Betiong tidak hanya ditampilkan saat Maras Taun. Seni ini kini sering hadir dalam berbagai acara lainnya, seperti pernikahan, khitanan, dan perayaan lainnya. Menariknya, pertunjukan Betiong biasanya berlangsung dari sore hingga pagi hari, menawarkan hiburan semalaman suntuk yang penuh makna dan kegembiraan.
Sebagai kesenian yang otentik dari Belitung, Betiong memiliki ciri khas yang membedakannya dari seni lainnya. Salah satu yang paling mencolok adalah pantun dalam Betiong yang bersifat spontan. Meski spontan, pantun-pantun ini sarat akan makna, mulai dari sindiran halus hingga percintaan. Kekuatan Betiong terletak pada kemampuan para pemain untuk membalas pantun lawannya dengan cepat dan tepat. Jika pemain gagal, mereka dianggap kalah dan harus digantikan. Kemampuan bertutur yang cepat dan spontan ini menjadikan Betiong sebuah seni yang tidak mudah dikuasai oleh semua orang, menjadikannya sangat spesial.
Musik menjadi elemen penting dalam pertunjukan Betiong. Pada awalnya, kesenian ini hanya menggunakan beberapa instrumen seperti tawak-tawak, gong, gendang, dan biola (piul). Setiap instrumen ini memiliki peran yang khas, membantu membentuk karakter musik Betiong yang unik. Namun, dengan perkembangan zaman, lebih banyak instrumen musik ditambahkan ke dalam pertunjukan ini, seperti symbal, tamborin, dan tom-tom. Penambahan alat-alat musik ini dilakukan untuk memberikan sentuhan modern pada seni Betiong, agar lebih menarik bagi generasi muda dan penonton masa kini.
Melihat keunikannya, Betiong dianggap sebagai bagian penting dari warisan budaya Belitung yang harus dilestarikan. Salah satu lembaga yang berperan aktif dalam pelestarian ini adalah Sanggar Seni Budaya Barik Geresik Badau. Sanggar yang berlokasi di Kecamatan Badau, Kabupaten Belitung ini, telah melakukan berbagai upaya pelestarian kesenian Betiong sejak tahun 2015. Sanggar ini sebenarnya sudah aktif sejak tahun 2004 dengan nama Sanggar Bahari. Setelah beberapa kali mengalami perubahan nama, akhirnya pada tahun 2014, sanggar ini mengukuhkan namanya sebagai Sanggar Budaya Barik Geresik Badau.
Sejak berdirinya, sanggar ini telah berperan penting dalam menjaga kesenian tradisional di Belitung. Sanggar ini tidak hanya mengadakan latihan rutin dan pertunjukan, tetapi juga sering berpartisipasi dalam berbagai festival seni yang diadakan oleh pemerintah daerah. Mereka juga aktif memberikan pelatihan kepada generasi muda di sekitar sanggar, memastikan bahwa seni Betiong dapat diteruskan kepada generasi berikutnya.
Betiong kini diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB), sejak ditetapkan pada tahun 2012 dengan nomor registrasi 2012002720 oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Pengakuan ini menjadi bukti pentingnya Betiong sebagai bagian dari warisan budaya Indonesia. Dengan status ini, sudah sepatutnya kesenian Betiong mendapatkan perhatian lebih, baik dari pemerintah maupun masyarakat, agar dapat terus dilestarikan dan dipromosikan.(*)